Ragam tradisi perayaan kelahiran Nabi di Indonesia

Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, merayakan Maulid Nabi, peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Umat islam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tahun pada tanggal 12 Rabi’ul Awal menurut kalender Hijriah. Tahun ini, jatuh pada tanggal 28 September 2023. Di Indonesia, peringatan hari kelahiran Nabi dirayakan dengan berbagai cara melalui acara yang ramai dan penuh warna untuk mengingatkan orang-orang tentang momen kelahiran Nabi, serta untuk memupuk rasa persaudaraan dan syukur[1][2][3][4][5][6].

Beberapa Peringatan Kelahiran Nabi di Indonesia

1. Grebek Maulid (Yogyakarta):
Tradisi ini merupakan sebuah parade yang melibatkan anggota keraton, termasuk anggota keluarga kerajaan dan penjaga istana, yang berkuda bersama pertunjukan musik dan tarian tradisional. Grebek Maulid tidak hanya menjadi momen untuk merayakan kelahiran Nabi, tetapi juga menunjukkan kekuatan budaya Jawa yang kaya dan beragam[1].

2. Rolasan (Kebumen):
Di Desa Pejengkolan terdapat tradisi Rolasan yang mengusung nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan. Masyarakat setempat berkumpul sambil membawa makanan tradisional seperti nasi gilig, ayam panggang, opak, dan pisang. Tradisi ini mencerminkan semangat gotong royong yang masih sangat kuat di masyarakat pedesaan Indonesia[2].

3. Badikia and Malamang (Pariaman):
Di Desa Sungai Pasak terdapat tradisi Badikia and Malamang yang lebih menekankan sisi spiritual. Masyarakat berkumpul untuk melakukan zikir (pengingat Allah) dan membuat hidangan tradisional bernama Lamang, yang terbuat dari ketan dan santan kelapa. Hidangan ini kemudian disajikan kepada tamu dan warga setempat sebagai tanda persaudaraan dan kedekatan dengan nilai-nilai agama[2].

4. Kirab Ampyang (Jawa Tengah):
Di Desa Loram Kulon, Jawa Tengah, tradisi Kirab Ampyang menjadi momen untuk berbagi keberkahan dengan sesama. Masyarakat berarak mengelilingi desa sambil membawa makanan yang terhiasi dengan ampyang, sebuah jenis kerupuk dari tepung beras. Makanan ini kemudian dibagikan kepada warga, menunjukkan semangat berbagi yang mendalam dalam merayakan Maulid Nabi[2].

5. Sekaten (Yogyakarta dan Solo):
Tradisi Sekaten menciptakan suasana seperti pasar tradisional. Masyarakat berkumpul untuk membeli dan menjual berbagai barang, termasuk mainan tradisional dan makanan. Acara ini bukan hanya sebagai peringatan kelahiran Nabi, tetapi juga menjadi momen ekonomi bagi pedagang lokal, menjadikannya sebagai tradisi yang unik dan bermanfaat secara ekonomi[4].

6. Bungo Lado (Padang Pariaman):
Di Padang Pariaman, terdapat tradisi Bungo Lado, yang berfokus pada aspek kuliner. Masyarakat setempat membuat hidangan bernama Bungo Lado, yang merupakan hidangan daging sapi pedas. Hidangan ini kemudian dibagikan kepada warga sebagai tanda persaudaraan dan berbagi kebahagiaan[4][5].

7. Nyiram Gong (Cirebon):
Di Cirebon, terdapat tradisi Nyiram Gong, yang memiliki makna simbolis yang dalam. Masyarakat menuangkan air ke atas sebuah gong sebagai simbol berkah dari Allah. Tradisi ini mencerminkan penghargaan terhadap nilai-nilai spiritual dan keagamaan dalam peringatan Maulid Nabi[4].

8. Panjang Jimat (Cirebon):
Tradisi Panjang Jimat, yang juga diadakan di Cirebon, menampilkan penggunaan sehelai kain panjang yang bernama Jimat. Masyarakat meyakini jimat membawa berkah dan perlindungan, dan masyarakat berarak mengelilingi desa sambil membawanya. Tradisi ini menunjukkan kepercayaan dalam nilai-nilai tradisional dan spiritual yang dalam[4].

9. Maudu Lompoa (Makassar):
Di Makassar, terdapat tradisi Maudu Lompoa yang menekankan aspek spiritual dan seni. Masyarakat berkumpul untuk membaca Quran dan menampilkan tarian tradisional sebagai bentuk penghormatan terhadap Nabi. Tradisi ini menunjukkan kekayaan seni dan keagamaan dalam peringatan Maulid Nabi di berbagai budaya di Indonesia[4].

10. Muludhen (Madura):
Tradisi Muludhen di Madura menjadi momen untuk membaca Barzanji, sebuah buku yang menceritakan kehidupan Nabi, dan mendengarkan ceramah agama yang menekankan perbuatan baik Nabi sebagai pedoman hidup. Tradisi ini memadukan unsur pembelajaran agama dan sosial, menciptakan momen yang mendalam dan bermakna bagi masyarakat setempat[5][6].

Artinya untuk SDIT Al-Furqon

Mengenal dan memahami keberagaman tradisi Maulid Nabi di Indonesia, SDIT Al-Furqon Jakarta Selatan mengajarkan siswanya untuk menghargai perbedaan dan merayakan kekayaan budaya. Sebagai sekolah yang berfokus pada karakter Islam, kami berupaya membimbing siswa untuk memahami makna yang lebih dalam di balik setiap tradisi. Melalui pemahaman ini, kami berharap siswa tidak hanya merayakan peristiwa bersejarah kelahiran Nabi, tetapi juga memperkaya nilai-nilai kehidupan mereka.

SDIT Al-Furqon,
Sekolah Unggul, Berwawasan Global, Berkarakter Qurani

 

Citations:
[1] [Detik Hikmah](https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6943133/10-tradisi-maulid-nabi-di-berbagai-daerah-di-indonesia)
[2] [Digital Desa](https://digitaldesa.id/artikel/inilah-15-tradisi-unik-perayaan-maulid-nabi-di-berbagai-daerah-)
[3] [Kutub](https://kutub.id/ragam-cara-masyarakat-indonesia-dalam-merayakan-maulid-nabi/)
[4] [Kompas](https://www.kompas.com/tren/read/2023/09/27/140000465/beragam-tradisi-perayaan-maulid-nabi-di-indonesia-apa-saja-?page=all)
[5] [Liputan6](https://www.liputan6.com/citizen6/read/4687673/5-tradisi-unik-maulid-nabi-di-berbagai-daerah-di-indonesia)
[6] [Katadata](https://katadata.co.id/intan/berita/632815bfcb5cd/5-tradisi-maulud-terkenal-di-berbagai-daerah-indonesia)